Ramadhan kan keluarga Q-ta...


Sebuah revolusi pastilah berisi perombakan. Perombakan terhadap nilai-nilai lama, menggantinya dengan nilai-nilai baru. Begitu pula Ramadhan. Ramadhan adalah sarana melakukan perombakan dari nilai-nilai jahiliyah menjadi nilai-nilai taqwa.

Dan nilai taqwa tersebut mesti mencakup tiga pilar : tauhid yang bersih dari syirik (salimun aqidah), ibadah yang shahih (shahihul ‘ibadah), dan akhlaq yang kokoh (matinul khuluq). Dari sanalah lahir sifat-sifat mulia seperti jujur, sabar, ikhlas, dan komitmen dengan iman.

KELUARGA BERTAQWA

AlLah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al Qur’an surah Al Furqan (25) ayat 74 : “Dan orang-orang yang berkata :”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami, dan keturunan k ami, sebagai penyenag hati ( kami ), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna qurrata a’yun (penyenag hati) dalam ayat diatas adalah ketaatan dalam menyembah AlLah Swt yang tertanam dalam diri segenap anggota keluarga. Jalaluddin As Suyuthi dan jalaluddin Muhammad dalam Tafsir Jalalain juga memberikan penjelasan senada. Menurut mereka, kalimat “sebagai penyenang hati” maksudnya adalah bahagia melihat keluarga selalu taat kepada AlLah Swt. Sedangkan Imam bagi orang-orang bertaqwa adalah pemimpin dalam kebaikan.

Intinya, ayat tersebut memberikan pesan bahwa keluarga yang taat kepada AlLah Adalah keluarga yang bisa memimpin, memberikan pengaruh, dan mengarahkan manusia menjadi orang-orang yang bertaqwa. Sudah barang tentu keluarga yang bisa memimpin orang-orang bertaqwa adalah keluarga yang juga bertaqwa. Mustahil sebuah keluarga bisa memimpin orang-orang bertaqwa jika keluarga itu sendiri tidak memiliki kualitas ketaqwaan.

Jadi, secara tersirat ayat tersebut menyampaikan dua cita-cita luhur semua Muslim. Pertama, menjadikan keluarganya sebagai keluarga bertaqwa. Kedua, menjadikan keluarga taqwa itu sebagai pemimpin bagi orang-orang bertaqwa lainnya. Dalam Al Qur’an surah Al Baqarah : 183 AlLah Swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Jika perintah puasa dalam ayat ini diselaraskan dengan cita-cita membangun keluarga bertaqwa dalam ayat sebelumnya, maka tergambarlah bahwa Ramadhan menjadi sarana “revolusi” taqwa paling ideal.





DO’A DAN AMALIAH

Rumah Islami adalah rumah yang dibangun atas dasar taqwa. Pondasinya adalah aqidah yang shahih dan kokoh. Tiang-tiangnya taqwa, sedangkan dindingnya adalah adalah amal shalih. Didalamnya terdapat anggota keluarga yang hidup dengan sinar Al Qur’an, taat melaaksanakan syari’at, dan berhias dengan pakaina taqwa.

Rumah Islami dengan keluarga yang bertaqwa adalah idaman setiap Muslim. Do’a yang diajarkan AlLah Swt dalam surah Al Furqan ayat 74 di atas mengandung cita-cita demikian.

Namun, harus kita sadari bahwa do’a bukanlah mantera yang hanya cukup diucapkan dengan lisan atau dirasakan dengan hati saja. Do’a pada hakikatnya merupakan cara sakral sekaligus rasional untuk membangun sebuah kehidupan yang terbaik. Do’a harus bisa mewarnai paradigma (kerangka berpikir) dan membentuk mindset (cara pandang). Do’a pun tidak berdiri sendiri, do’a berada satu paket dengan proses amaliah.

Begitu pula do’a membentuk keluarga taqwa, belum sempurna jika baru sebatas lisan. Sejuta kali doa itu dibaca, jika belum betul-betul meresap dalam hati dan menjadi tenaga pendorong untuk menerapkan berbagai amalan nyata, maka jangan pernah berharap do’a itu akan terkabul. Jangan bermimpi keluarga kita akan menjelma menjadi keluarga taqwa.

KEISTIMEWAAN RMADHAN

Apa keistimewaan Raamdhan sehingga keluarga-keluarga Muslim dapat mengalami revolusi hanya dengan melewati bulan itu secara benar? Yang utama tentu saja syariat puasa itu sendiri. Fakta tak terbantahkan bahwa jika puasa dijalankan dengan sempurna bisa memberikan kekuatan jiwa maupun fisik.

Kemudian, momentum Ramadhan juga memberikan energi kebaikan yang tak terhingga melalui berbagai amalan berlimpah pahala seperti shalat-shalat wajib dan sunnah, jihad (bukan bom bunuh diri yang khir-akhir ini marak di Indonesia loh…), dan dakwah (amar ma’ruf nahy munkar), sedekah dan zakat, umrah, I’tikaf, zikir dan doa, tilawah dan tadabbur Al Qur’an, serta silaturrahim. Belum lagi ada momentum spektakuler penggandaan pahala dalam ‘super’ ibadah di malam lailatul qadr.

Energi kebaikan itu juga dipancarkan melalui pengutamaan amalan taubat dengan ganjaran pengampunan yang dibuka seluas-luasnya. Sampai-sampai karena begitu berlimpahnya energi kebaikan itu, Rasulullah saw melukiskannya dengan pernyataan bahwa pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan pada saat yang bersamaan para setan dibelengu habis.

MEMASJIDKAN RUMAH

AlLah Swt berfirman dalam Al Qur’an surah At Taubah ayat 109 : “Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar taqwa kepada AlLah dan keridhaan-Nya itu yang baik ataaukah orang-orang yang mendirikan bangunannya itu jatuh bersama-sama denga dia ke dalam neraka jahanam? Dan AlLah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Rumah atas dasar taqwa adalah rumah yang bagaikan masjid. Jangan biarkan rumah kita bagai bangunan yang berada di tepi jurang, yang kemudian runtuh dan jatuh bersama-sama kita maasuk ke dalam jurang neraka. Tidak! Rumah tangga kita haruslah berupa bangunan yang kokoh berdiri diatas landasan taqwa dan keridhaan AlLah Swt.

Bagaimana caranya? Sederhana sekli! Ubah nuansa rumah kita seperti masjid. Jika di masjid senantiasa bergemuruh suara Al Qur’an, hidupkanlah rumah kita dengan bacaan Al Qur’an. Jadikanlah Al Qur’an sebagai bacaan utama bagi semua anggota keluarga, ayah, ibu, anak-anak dan anggota lainnya. Jika di masjid selalu ada orang yang datang untuk menunaikan shalat, berdiri, rukuk dan sujud kepada AlLah Swt, maka jadikanlah rumah kita sama keadaannya. Dirikanlah shalat-shalat sunnah di rumahh bagi kaum lelakinya, baik sunnagh rawatib maupun shalat lail.

Jika di masjid penghuninya selalu menyebut dan mengagungkan nama AlLah Swt, maka rumah kita rombak sedemikian rupa sehingga sadar maupun tidak anggota keluarga kita selalu menyebut nama-Nya. Dinding-dinding rumah kita adalah lafal-lafal Al Qur’an dan kalimat thoyibah. Televise, radio, dan Komputer kita selalu menyenandungkan kalimat-kalimat zikir, bacaan Al Qur’an, dan pelajaran-pelajaran berguna.

Percakapan antar anggota keluarga senatiasa santun, sesekali ditingkahi dengan zikir, penggalan ayat Al Qur’an, hadits, dan kalimat-kalimat yang bermutu lainnya. Suasana zikir tampak terlihat ketika mereka memulai dan mengakhiri makan. Meja makan tidak hanya terdapat hidangan makan, tpi juga kehangatan tausyiah (tawashau bil haq, tawshau bish-shabr). Di tempat ini juga terdengar kalimat syukur, do’a dan zikir.

Di kamar tidur, anak-anak senantiasa membiasakan do’a sebelum dan sesudah tidur. Mereka tidak tertidur di depan televise atau tontonan yang tidak berguna. Mereka disiplin, tidur tepat pada waktunya dn tidur di tempat yang tealh tersedia. Merekka tidak tidur, kecuali dalam jadwal yang sudah terencana. Tidur diawali kepasrahan diri kepada AlLah Swt, dan mereka bangun dengan kesyukuran dan motivasi yang menyala-nyala.
Memasjidkan rumah adalah pekerjaan sederhana. Tiada yang sulit. Disini hanya dibutuhkan seorang ayah sebagai kepala rumah tangga yang siap menjadi figur dan teladan, serta berkemampuan untuk membimbing semua anggotanya. Dibutuhkan pula seorang ibu atau isteri yang amanah. Keduanya bahu-membahu, bekerjasama membangun tradisi islami da rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

hai..hai..hai...
assalamu'alaikum akhi.. ukhti..

setelah sekian lama menunggu..
akhirnya tercipta juga blog resmi kurma...
semoga dengan adanya blog ini semakin kuat juga jalinan ukhuwah diantara kita... (hmm....)
oia..
untuk para sobat kurma yang punya karya tulis ato yang suka nulis, tapi binggung publikasiinnya, kirim email aja ke : kurma.org@gmail.com / asyamz@yahoo.co.id
insya Allah akan kita publikasikan...

segitu dulu yach..
salam kurma...